
Jakarta – Pasar aset kripto mengalami pekan yang penuh gejolak setelah rilis serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang beragam, membuat harga Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) bergerak fluktuatif namun tetap bertahan di level psikologis penting. Di tengah ketidakpastian ini, sejumlah institusi keuangan besar justru menunjukkan langkah strategis yang signifikan dalam adopsi teknologi blockchain dan tokenisasi aset.
Dinamika Pasar Dipicu Data Ekonomi
Pergerakan pasar aset digital pekan ini sangat dipengaruhi oleh tiga laporan ekonomi utama dari Amerika Serikat. Awalnya, pasar sempat terguncang oleh rilis data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, yang sering kali diartikan sebagai sinyal perlambatan ekonomi.
Namun, sentimen pasar berbalik positif setelah adanya laporan Indeks Harga Produsen (PPI) yang menunjukkan penurunan tak terduga. PPI adalah indikator yang mengukur tingkat inflasi di level grosir atau produsen. Penurunan pada indeks ini biasanya dipandang positif oleh investor karena dapat mengindikasikan tekanan inflasi yang mereda.
Kondisi kembali berubah setelah rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih kuat dari ekspektasi. CPI merupakan acuan utama inflasi di tingkat konsumen dan menjadi pertimbangan penting bagi bank sentral. Angka CPI yang tinggi memicu kembali kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama.
Akibat rentetan data tersebut, harga Bitcoin (BTC) terpantau bergerak di kisaran $115.000, sementara Ethereum (ETH) berada di dekat level $4.500. Para pelaku pasar kini berada dalam mode wait-and-see, menantikan hasil rapat dan keputusan kebijakan moneter The Fed yang dijadwalkan pada minggu depan.
Adopsi Institusional Terus Berlanjut
Di sisi lain, di tengah volatilitas jangka pendek, adopsi oleh pemain institusional terus menunjukkan kemajuan pesat. Raksasa manajer aset global, BlackRock, bersama dengan bursa kripto terbesar di dunia, Binance, dilaporkan tengah mengambil langkah maju dalam inisiatif tokenisasi. Tokenisasi adalah proses mengubah hak atas suatu aset riil, seperti properti atau saham, menjadi token digital yang dapat diperdagangkan di atas jaringan blockchain.
Langkah ini sejalan dengan proposal yang diajukan oleh operator bursa saham NASDAQ. Mereka mengusulkan sistem perdagangan ganda yang memungkinkan sekuritas yang ditokenisasi dan sekuritas tradisional diperdagangkan secara berdampingan. Inisiatif ini dinilai dapat menjembatani sistem keuangan konvensional dengan ekosistem aset digital.
Sementara itu, CBOE (Chicago Board Options Exchange) telah menetapkan bulan November sebagai waktu peluncuran produk kontrak berjangka berkelanjutan (perpetual futures) untuk Bitcoin dan Ethereum. Kehadiran produk derivatif ini di bursa yang teregulasi seperti CBOE akan memberikan akses yang lebih mudah dan aman bagi investor institusional untuk masuk ke pasar kripto.
Perkembangan Lain di Industri Kripto
Pada saat yang bersamaan, berita lain turut mewarnai industri. Perusahaan WLFI dilaporkan telah memasukkan 272 alamat dompet digital (wallet) ke dalam daftar hitam (blacklist). Di waktu yang berdekatan, Eric Trump juga mengundurkan diri dari jajaran dewan direksi perusahaan induk yang menaungi WLFI.
Situasi Terkini dan Proyeksi ke Depan
Saat ini, pasar kripto berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, ada tekanan dari faktor makroekonomi, terutama terkait kebijakan suku bunga The Fed. Di sisi lain, fondasi industri terus menguat seiring dengan semakin dalamnya keterlibatan institusi keuangan besar yang menandakan kepercayaan jangka panjang terhadap teknologi ini.
Keputusan The Fed pada minggu depan diperkirakan akan menjadi katalis utama yang menentukan arah pasar aset kripto dalam jangka pendek. Para analis menyarankan investor untuk tetap waspada terhadap potensi peningkatan volatilitas selama periode tersebut.

Bukan emas atau permata, tapi ilmumulah harta yang tak akan bisa dicuri. Teruslah belajar, karena Anda sedang menimbun kekayaan sejati.